Minggu, 26 Februari 2012

Metode Dakwah Rasulullah

Metode dakwah Rasulullah

Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di Mekkah dan Madinah. Pada awal periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi, mendatangi orang-orang dekat Beliau antara lain istri Beliau Khadijah, keponakannya Ali, budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam. Ketika turun surat al Muddatstsir : 1-2, Rasululah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap bertemu orang Beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk Islam (masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi). Ketika Abu Bakar menyatakan masuk Islam, dan menampakkannya kepada orang-orang yang dia percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah yang juga masuk Islam. Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti Abu ‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll. Beliau menjadikan rumah Arqom bin Abi al Arqom sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang dalam bahasa kita tepatnya disebut sekretariat. Di tempat ini Rasulullah mengajarkan hukum-hukum Islam, membentuk kepribadian Islam serta membangkitkan aktivitas berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3 tahun dan menghasilkan 40 orang lebih yang masuk Islam.
Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir yang islami (‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam) yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu. Hal ini bertepatan dengan turunnya surat al Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan terbuka. Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah dari tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan dakwah secara terang-terangan (daur al i’lan). Dari tahapan kontak secara individu menuju tahap menyeruh seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran, antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut marhalah al tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan. Di tahapan ini kaum kafir mulai memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah. Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh Ja’far bi Abi Thalib diperintahkan oleh rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi. Sementara Rasulullah dan sahabat yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi para ketua kabilah atau ketua suku baik itu suku yang ada di Mekkah maupun yang ada di luar Mekkah. Terutama ketika musim haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya datang ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk Islam atau minimal memberikan dukungan terhadap perjuangan Rasulullah.
Benturan antara Rasulullah dengan kafir Quraisy terjadi karena Rasulullah dan para sahabat selalu melecehkan khayalan mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, menyebarkan rusaknya kehidupan mereka yang rendah, dan mencela cara-cara hidup mereka yang sesat. RASULULLAH TIDAK PERNAH BERKOMPROMI APALAGI BEKERJASAMA MENJALANKAN SISTEM KEHIDUPAN RUSAK DAN SESAT BUATAN MANUSIA JAHILIYAH. Al Qur’an senantiasa turun kepada Beliau, dan menyerang orang-orang kafir secara gamblang : “sesunggunya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan neraka jahannam.” (TQS 21 : 98). al Qur’an juga menyerang praktek riba yang telah turun temurun mewarnai kehidupan jahiliyah : “dan segala hal yang kalian datangkan berupa riba agar dapat menambah banyak harta manusia, maka riba itu tidak menambah apapun di sisi Allah.” (TQS 30:39), demikian juga dengan kecurangan2 dalam takaran yang sangat biasa terjadi : “kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (TQS 83:1-3). Akibatnya, manusia-manusia jahil itu menghalangi dan menyakiti Rasulullah dengan fitnah, propaganda yang menyesatkan, pemboikotan bahkan penyiksaan fisik.
Di tengah cobaan yang sangat berat tersebut, datanglah kabar gembira akan kemenangan dari Madinah. Hal ini terjadi ketika beberapa orang dari suku khazraj datang ke Mekkah untuk berhaji. Kemudian Rasulullah mendatangi mereka, berdakwah kepada mereka dan merekapun akhirnya masuk Islam. Setelah selesai melaksanakan haji dan mereka kembali ke Madinah, mereka menceritakan keislaman mereka kepada kaumnya. Sejak saat itu cahaya Islam mulai muncul di Madinah.
Pada musim haji tahun berikutnya, datang 12 orang dari Madinah ke Mekkah, lalu mereka membai’at Rasulullah dalam peristiwan Bai’at ‘Aqobah pertama. Bai’at ini adalah sebuah pernyataan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka akan berpegang teguh pada risalah Islam dan meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang rusak dan sesat yang selama ini mereka praktekkan dalam kehidupan. Ketika penduduk Madinah ini akan kembali, Rasulullah memerintahkan Mush’ab bin Umair untuk ikut bersama mereka dan mengajarkan Islam kepada penduduk Madinah.
Berbeda dengan penduduk Mekkah yang jumud dan berusaha untuk mempertahankan status quo, terutama para penguasa kekufuran seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan Abu Sofyan, penduduk Madinah lebih baik dan bersahabat dengan Islam. Mereka mau menerima agama baru tersebut. Bahkan ketika musim haji tiba dan Mush’ab kembali ke Mekkah serta melaporkan kepada Rasulullah tentang kondisi perkembangan Islam di Madinah yang sangat baik, Rasulullah mulai berpikir untuk memindahkan medan dakwah dari Mekkah ke Madinah. Ketika rombongan haji dari Madinah yang berjumlah 75 orang datang, terjadilah peristiwah Bai’at Aqobah kedua. Bai’at ini adalah sebuah pernyataan dan janji di hadapan Rasulullah bahwa mereka penduduk Madinah akan melindungi Rasulullah dan menyerahkan kekuasaan kepada Rasulullah untuk memimpin mereka baik dalam kehidupan sehari-hari maupun memimpin mereka berperang melawan orang-orang yang menghalangi risalah Islam. Tidak lama setelah itu Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Madinah dan Rasulullah menyusul kemudian.
Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun masjid sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan ummat. Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka. Beliau menunjuk Abu Bakar dan Umar sebagai pembantunya. Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.” Dengan demikian Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qlodi dan panglima militer. Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke luar Madinah. Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu melindungi negara dan menyebarkan dakwah. Setelah seluruh persoalan dalam negeri stabil dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkan pasukan militer untuk memerangi orang-orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam. Wallah’alam.
Skema Metode Dakwah Rasulullah
1. PERIODE MEKKAH
A. Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan
1. Pemantapan Aqidah
2. Pembentukan Syakhsiyah Islamiyah
3. Pembentukan Kutlah/kelompok Dakwah
B. Tahapan Interaksi dan Perjuangan
1. Pertarungan Pemikiran (shira’ul fikr)
2. Perjuangan Politik (Kifahus siyasi)
2. PERIODE MADINAH
C. Tahapan Penerapan Syarat Islam (tathbiq ahkam al Islam)
1. Membangun Masjid
2. Membina Ukhuwah Islamiyah
3. Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4. Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5. Menyusun strategi politik dan militer
6. Jihad

Kisah Kelahiran Nabi Muhammad saw

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah pada hari senen tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah yang bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 M. Tahun kelahiran beliau ini lebih dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada waktu itu terjadi suatu peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan bergajah menyerbu Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah. Pasukan gajah itu dipimpin oleh Abrahah. Gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Tetapi pasukan besar itu akhirnya hancur binasa karena diserang oleh beribu-ribu burung Ababil yang menjatuhkan batu panas di atas mereka. Beberapa bulan setelah sebuah tentara gajah itulah, Nabi Muhammad SAW dilahirkan.

 
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keadaan Yatim karena ayahnya, Abdullah meninggal dunia kira-kira 7 bulan sebelum beliau lahir. Ketika beliau lahir, kakeknya yaitu Abdul Muthalib memberi nama Qustam : Namun ibunya, Aminah, berkata kepada Abdul Muthalib : ”Dalam mimpiku aku diperintahkan untuk memberi nama Muhammad.” maka Abdul Muthalib pun mengumumkan nama cucunya itu dengan nama Muhammad. Masyarakat Arab Quraisy merasa heran karena nama itu tidak lazim dikalangan masyarakat Arab ketika itu. Ketika di tanya tentang hal itu, Abdul Muthalib menjawab : ”Aku berharap agar ia dipuji Tuhan di langit dan dipuji manusia di bumi”. (Dalam bahasa Arab, Muhammad artinya orang yang terpuji (dipuji)).

 
Menurut kebiasaan orang-orang Arab, anak yang baru lahir itu disusui dan diasuh oleh wanita kampung dengan maksud agar mendapat udara segar, udara desa yang bersih serta pergaulan masyarakat desa yang sangat baik bagi pertumbuhan anak-anak. Selain itu agar dapat berbicara bahasa Arab dengan fasih, karena bahasa arab yang digunakan dikalangan masyarakat desa masih murni. Nabi Muhammad yang masih bayi pun diserahkan perawatannya kepada Halimah binti Abi Dhu’aib (Halimatus Sa’diah) seorang ibu susu yang berasal dari Bani Sa’ad. Halimah merupakan satu-satunya wanita (ibu susu) yang bersedia membawa Muhammad, ibu-ibu susu yang lain tidak mau membawanya karena ia anak yatim, dianggap tidak mempunyai ayah yang dapat diharapkan uangnya.Halimah mau membawa Muhammad dengan harapan medapatkan berkah dari Allah karena ia menolong anak yatim. Dan benar saja, berbagai keajaiban ditemuinya setelah Muhammad bersamanya. Misalnya : Air susu Halimah yang tadinya sudah kering menjadi deras, keledai yang lemah berubah menjadi kuat dan unta yang sudah tua dan kurus ternyata mampu memberikan banyak susu. Nabi Muhammad tinggal dilingkungan Bani Sa’ad selama 5 tahun. Setelah itu Halimah menyerahkannya kembali kepada ibunya.

 
Kemudian, ketika Muhammad berusia 6 tahun, ibunya mengajak ke Madinah untuk diperkenalkan dengan sanak saudaranya. Sesampainya di Madinah, ibunya mengajak berziarah ke makam ayahnya. Tetapi ketika sampai di desa Abwa, ibunya jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Kemudian beliau (Muhammad) dibawa pulang ke Mekkah oleh Ummu Aiman, budak yang dengan setia menemani dan turut mengasuh Muhammad. Setelah itu Nabi Muhammad berada dibawah pengasuhan kakeknya selama 2 tahun. Kakeknya meninggal dunia ketika beliau berusia 8 tahun. Kemudian pengasuhan beliau beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Ketika diasuh oleh Abu Thalib itulah Nabi Muhammad terbiasa bekerja keras seperti mengembala kambing, sebab pamannya itu termasuk golongan ekonomi pas-pasan.

 
Sejak masih bayi, Nabi Muhammad sudah memperlihatkan keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bayi-bayi lain. Keistimewaan-keistimewaan itu merupakan sebagian dari tanda-tanda kenabian Muhammad. Tanda-tanda kenabian itu antara lain sebagai berikut :

 
1.      Keajaiban - keajaiban yang menimpa Halimah ketika membawanya untuk disusui dan diasuh.

2.      Pertumbuhan  badan yang sangat cepat, yaitu pada usia 5 bulan Muhammad sudah pandai berjalan, usia 9 bulan sudah pandai berbicara dan pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah mengembala kambing.

3.      Anak-anak Halimah sering mendengar suara-suara yang memberikan salam kepada Muhammad SAW dengan ucapan : ”Assalamualika ya Muhammad”, padahal mereka tidak melihat seorangpun.

4.      Anak Halimah, yaitu Dimrah, pernah melihat Muhammad didatangi dua orang (Malaikat) yang kemudian membelah dadanya dan mencucinya dengan air yang mereka bawa.

5.      Ketika berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajak Muhammad berdagang ke Negeri Syam (Suriah). Kafilah (rombongan) mereka selalu dinaungi oleh awan, sehingga terhindar dari terik matahari yang menyengat. Awan itu menarik perhatian seorang pendeta kristen bernama bahira (Buhaira) yang kemudian setelah bertamu, ia meyakini Muhammad sebagai calon Rasul terakhir dan berpesan kepada Abu Thalib agar hati-hati menjaganya.

 
Ketika  Muhammad berusia 12 tahun, terjadi peperangan besar antar suku Arab yang dikenal dengan perang Fijar. Beliau ikut dalam perang tersebut sebagai pengumpul mata panah yang dilemparkan oleh musuh, kemudian menyerahkannya kepada pamannya. Pada perang itulah beliau menyaksikan banyak korban berjatuhan, sehingga muncul inisiatif dalam dirinya untuk membentuk komite perdamaian. Maka, ketika beliau berusia 20 tahun beliau memperkasai berdirinya komite perdamaian yang dinamakan Hilful Fudhul,

 
Melalui Hilful Fudhul ini, sifat kepemimpinannya mulai tampak dan namanya makin harum dikalangan masyarakat Mekkah. Beliau kemudian terkenal sebagai orang yang terpercaya karena kejujurannya, sehingga beliau mendapat gelar Al-Amin (orang yang terpercaya) Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah seorang janda kaya pada usia 25 tahun, sementara Khadijah berusia 40 tahun. Kemudian menjelang usianya yang ke 40 tahun, Nabi SAW sering berkhalwat (menyepi) di goa Hira yang terletak disebuah bukit bernama Jabal Nur (sekitar 6 km di sebelah timur laut kota Makkah). Beliau melakukan ini karena merasa sangat prihatin dengan keadaan masyarakat Arab yang menyembah berhala. Pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 611 M) ketika Nabi SAW sedang berkhalwat di Goa Hira, datanglah malaikat Jibril membawa wahyu dari Allah SWT. Wahyu yang pertama kali turun ini adalah Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang menandai pengangkatan Muhammad sebagai Rasul (utusan) Allah.

 

·        Adapun surat AL-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut :

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5)

 

            Dibandingkan dengan para Nabi dan Rasul pendahulunya, Nabi Muhammad SAW memiliki beberapa keistimewaan yang tidak mereka miliki. Adapun keistimewaan – keistimewaan tersebut sebagai berikut :

 

1.   Nabi Muhammad SAW disebut dalam Al-Qur’an sebagai Khatamun Nabiyyin atau Nabi Penutup. Ini artinya, tidak akan ada lagi sesudah beliau (Nabi Muhammad SAW) seorang Rasul (Nabi) pun. Tepatnya, tidak ada lagi Nabi dan Rasul sesudah Nabi Muhammad SAW karena beliau adalah Nabi dan Rasul terakhir.

 

·        Perhatikan Firman Allah SWT :


”Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi ia adalah Rasul Allah dan Penutup para Nabi... ”(QS. AL-Ahzab : 40)

 

·        Hadist Nabi SAW :


”Akan muncul dari tengah umatku 30 pendusta semuanya mengaku menjadi Nabi, padahal aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi (baru) sesudahku. Dan akan senantiasa ada sekelompok dalam umatku yang berada diatas kebenaran.” (HR. Abu  Daud dan Ahmad)

 

·        Dan hadist Nabi dari Abu Hudzaifah berikut ini, bersabda Rasulullah SAW : ”Dalam umatku ada 27 pendusta dan pembohong, 4 diantara mereka adalah perempuan. Dan sesungguhnya aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi sesudah ku.” (HR. Thahawi)

 

Jadi, kalau ada orang-orang, kelompok, golongan yang ngotot mengatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Nabi. Dan Ahmad Musaddaq al Khadzdzab adalah seorang Nabi, apakah mereka tidak pernah membaca Qur’an khususnya surat AL-Ahzab ayat empat puluh? Dan Hadist – hadist Nabi tersebut diatas yang cukup populer yang diriwayatkan oleh Imam – imam ahli hadist yang keshahihan hadistnya tidak diragukan yaitu Imam Abu Daud, Imam Ahmad dan Imam Thahawi? Sungguh, penulis tidak habis mengerti dengan jalan pikiran orang-orang itu. Pinter, kebelinger, pendusta !
 

            Tetapi justru dengan munculnya para Nabi palsu adalah merupakan suatu bukti akan kebenaran Nabi Muhammad SAW dan adalah suatu bukti kedustaan Nabi-nabi palsu tersebut.
 

·        Perhatikan Hadist Nabi SAW berikut ini :

”Tidak akan terjadi kiamat hingga muncul para pendusta dan pembohong sekitar 30 orang, semuanya mengaku bahwa dirinya adalah utusan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 
Diantara Nabi –nabi palsu tersebut adalah : Musailamah al Kadzdzab dari Yamamah yang dibunuh oleh pasukan Abu Bakar r.a. Al-Aswad al Ansi di Yaman yang juga dibunuh oleh para Sahabat r.a. Thulaihah Ibnu Khuwailid yang kemudian rujuk kembali kepangkuan Islam. Sajjah seorang dukun wanita yang dinikah oleh Musailamah dan bertobat setelah terbunuhnya Musailamah. Di zaman Tabi’in muncul al-Mukhtar al Tsaqafi. Kemudian di zaman akhir muncul di Iran Mirza Abbas yang mati tahun 1309 H. Di India Mirza Ghulam Ahmad yang mati mengenaskan setelah mubahalah dengan seorang ulama ahlu sunnah. Di Indonesia muncul hia Eden dan Ahmad Musaddeq. (Nama-nama Nabi palsu tersebut di kutip dari majalah Islam Qiblati, edisi 03 tahun III 12-2007 (11-1428 H) halaman 12.)


                  2.   Ajarannya bersifat universal. Artinya, ajaran yang beliau (Nabi SAW) bawa berlaku sepanjang masa dan tidak terbatas untuk kaum atau bangsa tertentu seperti Rasul-rasul yang lain.

 

·        Firman Allah SWT :

”Katakanlah hai Muhammad, ”Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.....” (QS. Al-A’raf : 158)

 

·        Dan Firman-Nya :

”Tidaklah Aku (Allah) mengutus (Muhammad) kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya : 107)

 

3.      Nabi Muhammad SAW mendapat mu’jizat terbesar, yaitu Kitab suci Al-Qur’an.

4.      Selain itu beliau juga memiliki beberapa mu’jizat lain, antara lain sebagai berikut :

a.      Dapat memanggil pohon sehingga pohon itu berjalan mendekat.

b.     Dapat membelah bulan

c.      Dapat mengeluarkan air dari jari jemarinya.

d.     Dapat memberi makan orang banyak dengan makanan yang sedikit.

 

 

Hadist Nabi SAW tentang dzikir yang diwasiatkan oleh Rasulullah SAW kepada Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r.a. seperti berikut ini :

 

”Hai Ali, barangsiapa yang tiap-tiap hari membaca : Allahumma baarikli fil mauti wa fiimaa ba’dal mauti, artinya : ”Wahai Allah berikanlah berkah kepada saya pada waktu mati dan didalam sesuatu sesudah mati.” Maka Allah tidak akan menghisab (memperhitungkan) apa-apa yang ia kerjakan di dunia. Dan barangsiapa yang membaca takbir seratus kali sebelum matahari terbit dan seratus kali sebelum terbenam, maka Allah menulis baginya pahala seperti seratus orang yang beribadah dan seratus orang yang berjuang di jalan Allah. Dan barangsiapa membaca shalawat untuk aku tiap-tiap hari dan tiap-tiap malam seratus kali maka wajib (pasti) baginya syafaat dari kami dan banyak istighfar itu bagaikan benteng bagi orang-orang taubat dari Neraka. (Dikutip dari Buku : Wasiat Rasulullah SAW kepada Ali Bin Abi Thalib r.a. Alih bahasa : Abdullah Shonhadji hal. 36 dan 37.)

Kisah Pernikahan Rasulullah saw dengan Siti Khadijah

Kisah Pernikahan Rasulullah S.A.W. dengan Siti Khadijah


Bermimpi Matahari Turun Ke Rumahnya.

Dia adalah Khadijah r.a, seorang wanita janda, bangsawan, hartawan, cantik dan budiman. Ia disegani oleh masyarakat Quraisy khususnya, dan bangsa Arab pada umumnya. Sebagai seorang pengusaha, ia banyak memberikan bantuan dan modal kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang untuk mewakili urusan-urusan perniagaannya ke luar negeri.

Banyak pemuka Quraisy yang ingin menikahinya dan sanggup membayar mas kawin berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus kerana tak ada yang berkenan di hatinya. Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari langit,masuk ke dalam rumahnya serta memancarkan sinarnya ke semua tempat sehingga tiada sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya. Mimpi itu diceritakan kepada anak bapak saudaranya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.
Waraqah berkata: "Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa engkau akan menikah kelak dengan seorang Nabi akhir zaman."
"Nabi itu berasal dari negeri mana?" tanya Khadijah bersungguh-sungguh.
"Dari kota Makkah ini!" ujar Waraqah singkat.
"Dari suku mana?"
"Dari suku Quraisy juga.
"Khadijah bertanya lebih jauh: "Dari keluarga mana?"
"Dari keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat," kata Waraqah dengan nada menghibur. Khadijah terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir:
"Siapakah nama bakal orang agung itu, hai anak bapa saudaraku?"Orang tua itu mempertegas: "Namanya Muhammad SAW. Dialah bakal suamimu!"

Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah sentiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu.

Nabi Muhammad Berniaga 

Muhammad, bakal suami wanita hartawan itu, adalah seorang yatim piatu yang miskin sejak kecilnya,dipelihara oleh bapa saudaranya, Abu Thalib, yang hidupnya pun serba kekurangan. Meskipun demikian, bapa saudaranya amat sayang kepadanya, menganggapnya seperti anak kandung sendiri, mendidik dan mengasuhnya sebaik-baiknya dengan adab, tingkah laku dan budi pekerti yang terpuji.

Pada suatu ketika, Abu Thalib berbincang-bincang dengan saudara perempuannya bernama 'Atiqah mengenai diri Muhammad.
Beliau berkata: "Muhammad sudah pemuda dua puluh empat tahun. Semestinyalah sudah kahwin.Tapi kita tak mampu mengadakan perbelanjaan, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.
"Setelah memikirkan segala ikhtiar, 'Atiqah pun berkata: "Saudaraku, saya mendengar berita bahwa Khadijah akan memberangkatkan kafilah niaga ke negeri Syam dalam waktu dekat ini. Siapa yang berhubungan dengannya biasanya rezekinya bagus, diberkati Allah SWT.
Bagaimana kalau kita pekerjakan Muhammad kepadanya? Saya kira inilah jalan untuk memperolehi nafkah, kemudian dicarikan isterinya.
"Abu Thalib menyetujui saranan saudara perempuannya. Dirundingkan dengan Muhammad, ia pun tidak keberatan.
'Atiqah mendatangi wanita hartawan itu, melamar pekerjaan bagi Muhammad, agar kiranya dapat diikut sertakan dalam kafilah niaga ke negeri Syam .
Khadijah, tatkala mendengar nama "Muhammad", ia berfikir dalam hatinya: "Oh... inilah takbir mimpiku sebagaimana yang diramalkan oleh Waraqah bin Naufal,bahwa ia dari suku Quraisy dan dari keluarga Bani Hasyim, dan namanya Muhammad, orang terpuji, berbudi pekerti tinggi dan nabi akhir zaman." Seketika itu juga timbullah hasrat di dalam hatinya untuk bersuamikan Muhammad, tetapi tidak dilahirkannya karena khuatir akan fitnah.
"Baiklah," ujar Khadijah kepada 'Atiqah, "Saya terima Muhammad dan saya berterima kasih atas kesediaannya. Semoga Allah SWT melimpahkan berkatnya atas kita bersama.".
Wajah Khadijah cerah, tersenyum sopan, menyembunyikan apa yang tersudut di kalbunya. Kemudian ia meneruskan: "Wahai 'Atiqah, saya tempatkan setiap orang dalam rombongan niaga dengan penghasilan tinggi, dan bagi Muhammad SAW akan diberikan lebih tinggi dari biasanya.
"Atiqah berterima kasih, ia pulang dengan perasaan gembira menemui saudaranya, menceritakan kepadanya hasil perundingannya dengan wanita hartawan dan budiman itu. Abu Thalib menyambutnya dengan gembira. Kedua bersaudara itu memanggil Muhammad SAW seraya berkata:
"Pergilah anakanda kepada Khadijah r.a, ia menerima engkau sebagai pekerjanya. Kerjakanlah tugasmu sebaik-baiknya."
Muhammad SAW menuju ke rumah wanita pengusaha itu. Sementara akan keluar dari pekarangan rumah bapa saudaranya, tiba-tibalah ia mencucurkan air mata kesedihan mengenang nasibnya. Tiada yang menyaksikannya dan menyertainya dalam kesedihan hati itu selain para malaikat langit dan bumi.

Kesaksian Seorang Rahib

Tatkala kafilah niaga itu siap akan berangkat,
berkatalah Maisarah, kepala rombongan: "Hai Muhammad, pakailah baju bulu itu, dan peganglah bendera kafilah. Engkau berjalan di depan, menuju ke negeri Syam!
"Muhammad SAW melaksanakan perintah. Setelah iring- iringan keluar dari halaman memasuki jalan raya, tanpa sedar Muhammad SAW menangis kembali, tiada yang melihatnya kecuali Allah dan para malaikat-Nya.
Dari mulutnya terucap suara kecil: "Aduh hai nasib! Mana gerangan ayahku Abdullah, mana gerangan ibuku Aminah. Kiranyalah mereka menyaksikan nasib anakandanya yang miskin yatim piatu ini, yang justeru lantaran ketiadaannyalah sehingga terbawa jadi buruh upahan ke negeri jauh. Aku tidak tahu apakah aku masih akan kembali lagi ke negeri ini, tanah tumpah darahku. "Jeritan batin itu membuat para malaikat langit bersedih. Mereka memintakan rahmat baginya.
Maisarah memperlakukan Muhammad SAW dengan agak istimewa, sesuai dengan wasiat Khadijah. Diberinya pakaian terhormat, kenderaan unta yang tangkas dengan segala perlengkapannya.
Perjalanan mengambil waktu beberapa hari. Terik matahari begitu panas sekali. Tetapi Muhammad SAW berjalan sentiasa dipayungi awan yang menaunginya hingga mereka berhenti di sebuah peristirehatan dekat rumah seorang Rahib Nasrani.
Muhammad SAW turun dari untanya, pergi berangin-angin melepaskan lelah di bawah pohon yang teduh. Rahib keluar dari tempat pertapaannya. Ia hairan melihat gumpalan awan menaungi kafilah dari Makkah, padahal tak pernah terjadi selama ini. Ia tahu apa erti tanda itu karena pernah dibacanya didalam Kitab Taurat.
Rahib menyiapkan suatu perjamuan bagi kafilah itu dengan maksud untuk menyiasat siapa pemilik karamah dari kalangan mereka. Semua anggota rombongan hadir dalam majlis perjamuan itu, kecuali Muhammad SAW seorang diri yang tinggal untuk menjaga barang- barang dan kenderaan.

Ketika Rahib melihat awan itu tidak bergerak, tetap di atas kafilah, bertanyalah beliau: "Apakah di antara kalian masih ada yang tidak hadir di sini? "
Maisarah menjawab:"Hanya seorang yang tinggal untuk menjaga barang-barang."
Rahib pergi menjemput Muhammad SAW dan terus menjabat tangannya, membawanya ke majlis perjamuan.

Ketika Muhammad SAW. bergerak, Rahib memperhatikan awan itu turut bergerak pula mengikuti arah ke mana Muhammad SAW berjalan. Dan di saat Muhammad SAW masuk ke ruangan perjamuan, Rahib keluar kembali menyaksikan awan itu, dan dilihatnya awan itu tetap di atas, tidak bergerak sedikit pun walaupun dihembus angin. Maka mengertilah ia siapa gerangan yang memiliki karamah dan keutamaan itu.

Rahib masuk kembali dan mendekati Muhammad SAW,bertanya: "Hai pemuda, dari negeri mana asalmu?"
"Dari Makkah".
"Dari qabilah mana?" tanya sang Rahib.
"Dari Quraisy, tuan!"
"Dari keluarga siapa?""Keluarga Bani Hasyim."
''Siapa namamu?""Namaku, Muhammad.
"Serta merta ketika mendengar nama itu, Rahib berdiri dan terus memeluk Muhammad SAW serta menciumnya di antara kedua alisnya seraya mengucapkan:
"Laa IlaahaIllallaah, Muhammadar Rasulullah."
Ia menatap wajah Muhammad SAW dengan perasaan takjub, seraya bertanya:
"Sudikah engkau memperlihatkan tanda di badanmu agar jiwaku tenteram dan keyakinanku lebih mantap?"
"Tanda apakah yang tuan maksudkan?" tanya Muhammad SAW.
"Silakan buka bajumu supaya ku lihat tanda akhir kenabian di antara kedua bahumu!"
Muhammad SAW. memperkenankannya, dimana Rahib tua itu melihat dengan jelas ciri-ciri yang dimaksudkan.
"Ya....ya....tertolong, tertolong!" seru Rahib."
Pergilah ke mana hendak pergi. Engkau terus ditolong!"
Rahib itu mengusap wajah Muhammad SAW, sambil menambahkan:
"Hai hiasan di hari kemudian, hai pemberi syafa'at di akhirat, hai peribadi yang mulia, hai pembawa nikmat, hai nabi rahmat bagi seluruh alam!"Dengan pengakuan demikian,
Rahib dari Ahlil-Kitab itu telah menjadi seorang muslim sebelum Muhammad SAW. dengan rasmi menerima wahyu kerasulan dari langit.

Paderi-paderi Yahudi Gemetar Ketakutan

Pasar dibuka beberapa hari lamanya. Semua jualan laris dengan keuntungan berlipat ganda, mengatasi pengalaman yang sudah-sudah.Kebetulan pada saat itu bertepatan dengan hari Yahudi, yang dimeriahkan dengan upacara besar-besaran. Muhammad SAW, Abu Bakar dan Maisarah keluar menonton keramaian itu. Tatkala Muhammad SAW memasuki tempat upacara untuk menyaksikan cara mereka beribadat, maka tiba-tiba berjatuhanlah semua lilin-lilin menyala yang bergantungan pada tali di sekitar ruangan, yang menyebabkan paderi-paderi Yahudi gemetar ketakutan. Seorang di antara mereka bertanya:
"Alamat apakah ini?" Semuanya hairan, cemas dan ketakutan.
"Ini bererti ada orang asing yang hadir di sini," jawab pengerusi upacara.
"Kita baca dalam Taurat bahwa alamat ini akan muncul bilamana seorang lelaki bernama Muhammad SAW, Nabi akhir zaman, mendatangi hari raya agama Yahudi.
"Mungkinlah sekarang orang itu berada di ruangan kita ini. Carilah lelaki itu, dan kalau bertemu, segeralah tangkap!"
Abu Bakar r.a, sahabat Muhammad SAW sejak dari kecil,dan Maisarah, yang mendengar berita itu segera mendekati Muhammad SAW yang berdiri agak terpisah, dan mengajaknya keluar perlahan-lahan di tengah-tengah kesibukan orang yang berdesak-desakan keluar masuk ruangan.

Tanpa menunda waktu lagi, Maisarah segera memerintahkan kafilah berangkat pulang ke Makkah. Dengan demikian tertolonglah Muhammad SAW dari kejahatan orang- orang Yahudi.

Nabi Muhammad Pulang Ke Makkah.

Biasanya dalam perjalanan pulang, kira-kira jarak tujuh hari lagi mendekati Makkah, Maisarah mengirim seorang utusan kepada Khadijah r.a, memberitahukan bakal kedatangan kafilah serta perkara- perkara lain yang menyangkut perjalanan.

Maisarah menawarkan kepada Muhammad SAW: "Apakah engkau bersedia diutus membawa berita ke Makkah?"
Muhammad SAW berkata: "Ya, saya bersedia apabila ditugaskan".
Pemimpin rombongan mempersiapkan unta yang cepat untuk dinaiki oleh utusan yang akan berangkat terlebih dahulu ke kota Makkah. Ia pun menulis sepucuk surat memberikan kepada majikannya bahwa perniagaan kafilah yang disertai Muhammad SAW mendapat hasil laba yang sangat memuaskan, dan menceritakan pula tentang pengalaman- pengalaman aneh yang berkaitan dengan diri Muhammad SAW.

Tatkala Muhammad SAW menuntun untanya dan sudah hilang dari pandangan mata, maka Allah SWT menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril a.s .:
"Hai Jibril, singkatkanlah bumi di bawah kaki-kaki unta Muhammad SAW! Hai Israfil, jagalah ia dari sebelah kanannya! Hai Mikail, jagalah ia dari sebelah kirinya! Hai awan, teduhilah ia di atas kepalanya!"Kemudian Allah SWT mendatangkan ngantuk kepadanya sehingga baginda SAW tertidur nyenyak dan tiba-tiba telah sampai di Makkah dalam tempo yang cukup singkat.
Saat terbangun, ia hairan mendapati dirinya telah berada di pintu masuk kota kelahirannya. Baginda SAW sedar bahwa ini adalah mukjizat Tuhan kepadanya, lalu bersyukur memuji Zat Yang Maha Kuasa. Sementara baginda SAW mengarahkan untanya menuju ke tempat Khadijah r.a, secara kebetulan Khadijah r.a pada saat itu sedang duduk sambil kepalanya keluar jendela memandangi jalan ke arah Syam, tiba-tiba dilihatnya Muhammad SAW di atas untanya dari arah bertentangan di bawah naungan awan yang bergerak perlahan-lahan di atas kepalanya.

Khadijah r.a menajamkan matanya, bimbang kalau-kalau tertipu oleh penglihatannya, sebab yang dilihatnya hanyalah Muhammad SAW sendirian tanpa rombongan,padahal telah dipesannya kepada Maisarah agar menjaganya sebaik-baik. Ia bertanya kepada wanita-wanita sahayanya yang duduk di sekitarnya:
"Apakah kamu mengenali siapa pengendara yang datang itu?" sambil tangannya menunjuk ke arah jalan.
Seorang di antara mereka menjawab:"Seolah-olah Muhammad Al-Amiin, ya sayyidati!"
Kegembiraan Khadijah r.a terlukis dalam ucapannya:
"Kalau benar Muhammad Al-Amiin, maka kamu akan ku merdekakan bilamana ia telah sampai!"

Tak lama kemudian muncullah Muhammad SAW di depan pintu rumah wanita hartawan itu, yang langsung menyambutnya dengan tutur sapa tulus ikhlas:
"Ku berikan anda unta pilihan, tunggangan khusus dengan apa yang ada di atasnya."
Muhammad SAW mengucapkan terima kasih, kemudian menyerahkan surat dari ketua rombongan. Ia minta izin pulang ke rumah bapa saudaranya setelah melaporkan tentang perniagaan mereka ke luar negeri.

Khadijah Menawarkan Diri

Muhammad Al-Amiin muncul di rumah Khadijah. Wanita usahawan itu berkata:
"Hai Al-Amiin, katakanlah apa keperluanmu! "
Suaranya ramah, bernada dermawan. Dengan sikap merendahkan diri tapi tahu diharga dirinya, Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi pasti. katanya:
"Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bahagianku dalam rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh bagi anak saudaranya yang yatim piatu". Kepalanya tertunduk, dan wanita hartawan itu memandangnya dengan penuh ketakjuban.
"Oh, itukah....! Muhammad, upah itu sedikit, tidak menghasilkan apa- apa bagimu untuk menutupi keperluan yang engkau maksudkan,"
kata Khadijah r.a."Tetapi biarlah, nanti saya sendiri yang mencarikan calon isteri bagimu".
Ia berhenti sejenak, meneliti. Kemudian meneruskan dengan tekanan suara memikat dan mengandungi isyarat:
"Aku hendak mengawinkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya baik, kaya, diingini oleh banyak raja-raja dan pembesar-pembesar Arab dan asing, tetapi ditolaknya. Kepadanyalah aku hendak membawamu".
Khadijah tertunduk lalu melanjutkan:"Tetapi sayang, ada aibnya...! Dia dahulu sudah pernah bersuami. Kalau engkau mahu, maka dia akan menjadi pengkhidmat dan pengabdi kepadamu".

Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawapan, yang lainnya tak tahu apa mahu dijawab. Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran Al-Amiin (jujur). Pemuda Al- Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa kira-kira calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a. Ia minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan.
Ia menceritakan kepada bapa saudaranya:"Aku merasa amat tersinggung oleh kata-kata Khadijah r.a. Seolah-olah dia memandang enteng dengan ucapannya ini dan itu "anu dan anu...."Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh perempuan kaya itu.

Atiqah juga marah mendengar berita itu. Dia seorang perempuan yang cepat naik darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung kehormatan Bani Hasyim.
Katanya: "Muhammad, kalau benar demikian, aku akan mendatanginya".
Atiqah tiba di rumah Khadijah r.a dan terus menegurnya:"Khadijah, kalau kamu mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku Muhammad?"
Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata- katanya itu akan dianggap penghinaan.
Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati Atiqah: "Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan sukumu? Terus terang saja ku katakan kepadamu bahwa dirikulah yang ku maksudkan kepada Muhammad SAW. Kalau ia mahu, aku bersedia menikah dengannya; kalau tidak, aku pun berjanji tak akan bersuami hingga mati".
Pernyataan jujur ikhlas dari Khadijah r.a membuat 'Atiqah terdiam. Kedua wanita bangsawan itu sama-sama cerah.
Percakapan menjadi serius."Tapi Khadijah, apakah suara hatimu sudah dimaklumi oleh anak bapa saudaramu Waraqah bin Naufah?"
tanya 'Atiqah sambil meneruskan:"Kalau belum cubalah meminta persetujuannya."
"Ia belum tahu, tapi katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah diadakan lamaran",

Khadijah r.a berkata seolah-olah hendak mengatur siasat. Ia yakin Waraqah takkan keberatan kerana dialah yang menafsirkan mimpinya akan bersuamikan seorang Nabi akhir zaman.
'Atiqah pulang dengan perasaan tenang, puas. Pucuk dicinta ulam tiba. Ia segera menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya: Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas dan Hamzah.
Semua riang menyambut hasil pertemuan 'Atiqah dengan Khadijah r.a.
"Itu bagus sekali", kata Abu Thalib,
"Tapi kita harus bermesyuarat dengan Muhammad SAW lebih dahulu".

Janda Cantik Bermata Jeli.

Sebelum dijemput oleh bapa saudaranya, maka terlebih dahulu ia pun telah menerima seorang perempuan bernama Nafisah, utusan Khadijah r.a yang datang untuk menjalin hubungan kekeluargaan.
Utusan peribadi Khadijah itu bertanya:
"Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari isteri?"
Muhammad SAW menjawab:
"Hasrat ada, tetapi kesanggupan belum ada."
"Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?"
"Siapakah dia?" tanya Muhammad SAW.
"Khadijah!" Nafisah berterus terang.
"Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan kepadaku!"Usaha Nafisah berjaya.
Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung menemui Khadijah r.a, menceritakan kesediaan Muhammad SAW. Setelah Muhammad SAW menerima pemberitahuan dari saudara- saudaranya tentang hasil pertemuan dengan Khadijah r.a, maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya. Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan, cantik, hartawan, budiman. Dan utamanya pula karena hatinya telah dibukakan Tuhan untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau dikatakan janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tapi janda yang masih segar, bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli.

Maka diadakanlah acara yang penuh keindahan itu. Hadir sama Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja dijemput. Abu Thalib dengan rasmi meminang Khadijah r.a kepada saudara sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk berunding dengan wanita berkenaan.

Pernikahan Muhammad dengan Khadijah

Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepadaWaraqah:
"Hai anak bapa saudaraku, betapa aku akan menolak Muhammad SAW padahal ia sangat amanah, memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan bangsawan, lagi pula pertalian kekeluargaannya luas".
"Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak berharta", ujar Waraqah.
"Kalau ia tak berharta, maka aku cukup berharta. Aku tak memerlukan harta lelaki. Ku wakilkan kepadamu untuk menikahkan aku dengannya," demikian Khadijah r.a menyerahkan urusannya.

Waraqah bin Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahwa dari pihak keluarga perempuan sudah bulat mufakat dan merestui bakal pernikahan kedua mempelai. Lamaran diterima dengan persetujuan mas kahwin lima ratus dirham.
Abu Bakar r.a, yang kelak mendapat sebutan "Ash-Shiddiq" sahabat akrab Muhammad SAW. sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir, yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi karena yang akan dinikahi adalah seorang hartawan dan bangsawan pula. Peristiwa pernikahan Muhammad SAW dengan Khadijah r.a berlangsung pada hari Jumaat, dua bulan sesudah kembali dari perjalanan niaga ke negeri Syam.

Bertindak sebagai wali Khadijah r.a ialah bapa saudaranya bernama 'Amir bin Asad, sedang Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut oleh Abu Thalib sebagai berikut:
"Alhamdu Lillaah, segala puji bagi Allah Yang menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim, benih (Nabi) Ismail, anak cucu Ma'ad, dari keturunan Mudhar."
Begitupun kita memuji Allah SWT Yang menjadikan kita penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah Haram-Nya yang aman sejahtera, dan menjadikan kita hakim terhadap sesama manusia."Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang dengan laki-laki manapun juga, niscayalah ia lebih berat dari mereka sekalian. Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah bayang-bayang yang akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan tetapi Muhammad SAW, tuan-tuan sudah sama mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia akan memberikan mas kahwin lima ratus dirham yang akan segera dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku.
"Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya bahwa sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita gembira (albasyaarah) serta pengalaman- pengalaman hebat.Semoga Allah memberkati pernikahan ini".

Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat meriah di rumah mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan berdiri berbaris di pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki, mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan menghamburkan harum-haruman kepada para tamu dan pengiring.

Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah r.a membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan:
"Hai Al-Amiin, bergembiralah!Semua harta kekayaan ini baik yang bergerak mahupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan-bangunan, rumah-rumah,barang- barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau redhai !"

Itulah sebagaimana Firman Allah SWT yang bermaksud:"Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kekayaan". (Adh-Dhuhaa: Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita.

Dijamin Masuk Syurga.

Khadijah r.a mendampingi Muhammad SAW. selama dua puluh enam tahun, yakni enam belas tahun sebelum dilantik menjadi Nabi, dan sepuluh tahun sesudah masa kenabian. Ia isteri tunggal, tak ada duanya, bercerai karena kematian. Tahun wafatnya disebut "Tahun Kesedihan" ('Aamul Huzni). Khadijah r.a adalah orang pertama sekali beriman kepada Rasulullah SAW. ketika wahyu pertama turun dari langit. Tidak ada yang mendahuluinya.

Ketika Rasulullah SAW menceritakan pengalamannya pada peristiwa turunnya wahyu pertama yang dihantar Jibril 'alaihissalam, dimana beliau merasa ketakutan dan menggigil menyaksikan bentuk Jibril a.s dalam rupa aslinya, maka Khadijahlah yang pertama dapat mengerti makna peristiwa itu dan menghiburnya, sambil berkata:
"Bergembiralah dan tenteramkanlah hatimu. Demi Allah SWT yang menguasai diri Khadijah r.a, engkau ini benar-benar akan menjadi Nabi Pesuruh Allah bagi umat kita."
Allah SWT tidak akan mengecewakanmu.
Bukankah engkau orang yang sentiasa berusaha untuk menghubungkan tali persaudaraan?Bukankah engkau selalu berkata benar?
Bukankah engkau sentiasa menyantuni anak yatim piatu, menghormati tetamu dan menghulurkan bantuan kepada setiap orang yang ditimpa kemalangan dan musibah?"Khadijah r.a membela suaminya dengan harta dan dirinya di dalam menegakkan kalimah tauhid, serta selalu menghiburnya dalam duka derita yang dialaminya dari gangguan kaumnya yang masih ingkar terhadap kebenaran agama Islam, menangkis segala serangan caci maki yang dilancarkan oleh bangsawan-bangsawan dan hartawan Quraisy.

Layaklah kalau Khadijah r.a mendapat keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita lain iaitu, menerima ucapan salam dari Allah SWT. yang dihantar oleh malaikat Jibril a.s kepada Rasulullah SAW. disertai salam dari Jibril a.s peribadi untuk disampaikan kepada Khadijah radiallahu 'anha serta dihiburnya dengan syurga. Kesetiaan Khadijah r.a diimbangi oleh kecintaan Nabi SAW kepadanya tanpa terbatas. Nabi SAW pernah berkata: "Wanita yang utama dan yang pertama akan masuk Syurga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW., Maryam binti 'Imran dan Asyiah binti Muzaahim, isteri Fir'aun".

Wanita TerbaikSanjungan lain yang banyak kali diucapkan Rasulullah SAW terhadap peribadi Khadijah r.a ialah:"Dia adalah seorang wanita yang terbaik, karena dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam bimbang keingkaran; dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku; dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku; dan dia telah melahirkan bagiku beberapa putera-puteri yang tidak ku dapatkan dari isteri-isteri yang lain".Putera-puteri Rasulullah SAW dari Khadijah r.a sebanyak tujuh orang: tiga lelaki (kesemuanya meninggal di waktu kecil) dan empat wanita. Salah satu dari puterinya bernama Fatimah, dinikahkan dengan Ali bin Abu Thalib, sama-sama sesuku Bani Hasyim. Keturunan dari kedua pasangan inilah yang dibangsakan sebagai keturunan langsung dari Rasulullah SAW.


Perjanjian Hudaibiyah

Perjanjian Hudaibiyyah (Arab:صلح الحديبية) adalah sebuah perjanjian yang di adakan di sebuah tempat di antara Madinah dan Mekkah pada bulan Maret 628 M (Dzulqaidah, 6 H)
Latar belakang
Pada tahun 628 M, sekitar 1400 Muslim berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka mempersiapkan hewan kurban untuk dipersembahkan kepada kaum Quraisy. Quraisy, walaupun begitu, menyiagakan pasukannya untuk menahan Muslim agar tidak masuk ke Mekkah. Pada waktu ini, bangsa Arab benar benar bersiaga terhadap kekuatan militer Islam yang sedang berkembang. Nabi Muhammad mencoba agar tidak terjadi pertumpahan darah di Mekkah, karena Mekkah adalah tempat suci.
Akhirnya kaum Muslim menyetujui langkah Nabi Muhammad, bahwa jalur diplomasi lebih baik daripada berperang. Kejadian ini dituliskan pada surah Al-Fath ayat 4 :
هو الذي انزل السكينة في قلوب المؤمينين
yaitu bermakna bahwa Allah telah memberikan ketenangan bagi hati mereka agar iman mereka bisa bertambah.
Perjanjian
Garis besar Perjanjian Hudaibiyah berisi : "Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW), diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad (SAW) tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW) akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki Mekkah"
Manfaat perjanjian
Manfaat Hudaibiyah bagi kaum Muslim adalah :
Bebas dalam menunaikan agama Islam
Tidak ada teror dari Quraisy
Mengajak kerajaan-kerajaan luar seperti Ethiopia-afrika untuk masuk Islam
Hasil
Perjanjian Hudaibiyah ternyata dilanggar oleh Quraisy, tapi kaum Muslim bisa membalasnya dengan penaklukan Mekkah (Fathul Makkah) pada tahun 630 M
Kaum Muslim berpasukan sekitar 10000 tentara. Di Mekkah, mereka hanya menemui sedikit rintangan. Setelah itu, mereka meruntuhkan segala simbol keberhalaan di depan Ka'bah

Kamis, 23 Februari 2012

Perang Khandak


PERANG KHANDAK
Di Madinah terdapat komplot yang mahu membunuh Nabi, yang digerakkan oleh orang orang Yahudi (Banu Nadhir). Di kala Nabi berjalan jalan di lorong mereka, nyaris saja Nabi dapat mereka bunuh. Untung Nabi dapat mengetahui terlebih dahulu, sehingga terhindar dari bahaya. Hal ini ternyata melanggar perjanjian mereka dengan Nabi.

Kerana ini, sesuai dengan perjanjian itu, maka Nabi mengeluarkan perintah agar semua bangsa Yahudi keluar dari kota Madinah dan kepada mereka diizinkan membawa semua harta benda dan kekayaan mereka. Tetapi mereka menentang perintah ini kerana merasa kuat dan mengharapkan bantuan Abdullah bin Ubay.

Sesudah dikepung oleh tentera Islam, mereka menyerah kalah, dilucutkan senjata dan diusir keluar Madinah. Pengusiran ini terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal tahun keempat Hijrah.

Dengan pengusiran ini, bergabunglah kekuatan Yahudi dengan kekuatan kaum kafir Quraisy yang ada di kota Makkah, untuk menyerang Nabi dan ummat Islam. Kekuatan mereka ditambah lagi dengan bergabungnya orang Ghatafan dan Habsyi. Kota Madinah dikepung dari segala pihak oleh tentera gabungan musuh ini.

Menurut nasihat Salman al-Farisi (sahabat Nabi bangsa Persia), Nabi memerintahkan untuk menggali parit di sekeliling kota Madinah, lebih lebih daerah yang kurang kuat pertahanannya. Satu sektor dan parit ini, diserahkan kepada Banu Quraidzah mempertahankannya.

Di luar parit pertahanan itu, tampak tentera musuh berkumpul dengan khemah mereka, yang berjumlah tidak kurang dari sepuluh ribu tentera, terdiri dari kaum Quraisy, Banu Kinanah, Ghatafan, Tihamah dan Najid.

Nabi hanya dapat mengumpulkan tentera dua ribu orang. Setiap tentera Islam sudah siap di pinggir parit pertahanan, mereka menanti musuh yang datang menyerang. Setiap musuh yang datang menyerang, dapat diundurkan. Akhirnya musuh mengundur diri dan mengubah cara dengan menghalang agar penduduk kota Madinah mati kelaparan.

Dua puluh hari dua puluh malam lamanya halangan itu dijalankan. Kaum Muslimin mulai diserang kelaparan. Keadaan bertambah sulit bagi ummat Islam, setelah pemimpin Banu Quraidzah yang bernama Ka'ab bin Asad menyeleweng dan lari ke pihak musuh, sedang dia adalah orang yang tahu benar strateji pertahanan Nabi.

Ramai tentera Islam yang takut dan khuatir kerana peristiwa itu. Mereka khuatirkan kalau kalau kerana pengaruh orang orang munafik yang menyeleweng itu, teman temannya yang lain dalam tentera Islam akan turut menyeleweng sama. Setelah lebih dua puluh hari, tentera musuh tidak tahan hati, lalu menyerbu dengan melompati parit yang agak sempit dengan kuda mereka.

Ali yang berbadan kecil itu, telah dapat membunuh pemerintah tentera musuh yang bernama 'Amru bin Abdu Wid yang berbadan besar dan gemuk. Sedang Safiah, anak perempuan nenek Nabi (Abdul Muttalib), dapat menewaskan pemuka Yahudi.

Kerana keadaan, Nabi mengadakan tipu muslihat. Nu'aim adalah pemuka bangsa Ghatafan yang telah masuk Islam tetapi tidak diketahui oleh kaumnya, diutus oleh Nabi untuk menemui musuh dengan tipu muslihat. Bangsa Ghatafan (Yahudi) dihasutnya untuk tidak percaya kepada bangsa Quraisy dan sebaliknya bangsa Quraisy pun dihasutnya supaya tidak percaya kepada bangsa Ghatafan, dengan kata katanya.

Barisan musuh mulai saling mencurigai antara satu sama lain. Di kala itu turunlah angin keras, menyebabkan musuh lebih kelam kabut takut kepada kawan sendiri. Akhirnya mereka mengundurkan diri ke kampungnya masing masing.

Setelah tempat itu bersih dari semua tentera musuh, Nabi lalu berkata kepada kaum Muslimin: "Ini adalah kali penghabisan buat bangsa Quraisy menyerang kita. Mulai sekarang kita diwajibkan menyerang mereka."

Sebelum sembahyang Asar di hari itu juga, di kala tentera Islam yang letih dan lesu itu sedang beristirahat, tiba tiba terdengar mu'azzin azan dengan suara yang nyaring. Kaum Muslimin lalu berkumpul mahu sembahyang. Tetapi sebelum sembahyang, mu'azzin itu menyiarkan perintah Nabi yang berbunyi: "Barangsiapa yang suka mendengar dan patuh, tidaklah ia sembahyang Asar hari ini, kecuali di tempat kediaman Banu Quraidzah."

Hal ini bererti bahawa mereka di saat itu juga harus menyerang Banu Quraidzah yang telah mengkhianati kaum Islam di medan perang dan ini
adalah perintah Malaikat kepada Nabi.

Dua puluh lima hari lamanya Banu Quraidzah yang terdiri dari bangsa Yahudi itu dikepung dan akhirnya menyerah kalah. Kaum Aus meminta kepada Nabi, agar mereka itu jangan dibunuh, tetapi diusir saja seperti Banu Nadhir dahulu. Tetapi mengingat besarnya pengkhianatan mereka, Nabi tidak dapat menghukum mereka dengan hanya mengusir saja, yang mungkin akan menambah kekuatan musuh pula jadinya. Akhirnya Nabi mendapat akal baru. Sa'ad bin Mu'az diangkat Nabi menjadi hakim terhadap tawanan tawanan itu. Nabi menyerahkan keputusan kepada hakim ini. Mendengar itu kaum Aus merasa puas dan Banu Quraidzah sendiri pun timbul harapan bagi mereka.

Sa'ad sendiri di perang Khandak, kena panah dari kaum Quraidzah ini. Dia mendoa agar dia jangan mati dahulu sebelum dapat menghukum kaum pengkhianat ini.

Banu Quraidzah dimintanya bersumpah untuk tunduk atas keputusan yang akan diambilnya. Setelah sumpah selesai, Sa'ad bin Mu'az lalu menetapkan keputusan sebagai berikut: "Lelaki bangsa Quraidzah dibunuh semua (yang bersalah), harta bendanya dibagi bagi dan anak anak serta perempuan perempuannya ditawan."

Tujuh ratus orang lelaki Banu Quraidzah yang khianat itu pun dibunuh, kerana dosa mereka yang besar sekali. Begitulah hukum yang ditetapkan Tuhan bagi mereka. Sejak hari itu, tamatlah riwayat bangsa Yahudi dari kota Madinah. Sebahagian mereka pindah ke Syria, sebahagian lagi ke Khaibar. Begitulah nasib mereka kerana melanggar perjanjian dan mengkhianati langsung umat Islam dan Nabi.


Perang Uhud




PERANG UHUD


Penduduk Makkah (Quraisy) malu besar atas kekalahan mereka di medan perang Badar. Saudagar saudagarnya tidak ada yang berani lagi pergi berdagang ke Syria, takut akan ditangkap orang Islam. Kalau keadaan itu berterusan, kota Makkah akan diserang bahaya kelaparan dan krisis ekonomi. Oleh kerana itu, maka berundinglah semua pembesar Quraisy untuk mendapatkan keputusan ini. Diputuskan bahawa semua keuntungan perdagangan di tahun itu akan dipergunakan untuk membentuk satu angkatan perang yang kuat.

Kerana Abu Jahal sudah meninggal, maka Abu Sufianlah yang diangkat menjadi Panglima Perang, yang akan memimpin tentera tiga ribu orang jumlahnya. Di antara ketua pasukan mereka yang ternama ialah Safwan, anak dari Umaiyah bin Khalaf yang telah menyeksa Bilal, dan 'Ikrirnah anak Abu Jahal. Selain itu, ikut serta pula memimpin tentera, seorang yang gagah berani, iaitu Khalid Ibnul-Walid. Kaum perempuan dengan dikepalai oleh Hindun (isteri Abu Sufian), dikerahkan untuk menghibur dan menguatkan semangat perang bagi tentera yang ramai itu, mereka turut ke medan perang memukul genderang.

Kerana musuh terlalu ramai, maka Nabi berniat akan bertahan dan menanti musuh dalam kota Madinah. Tetapi suara ramai, berdasarkan siasat perang menghendaki agar musuh diserang di medan perang. Nabi tunduk kepada keputusan orang ramai ini, sekalipun dalam hatinya terasa kurang tepat. Dalam hal yang tiada turun wahyu, Nabi selalu berbincang dengan orang ramai, dan keputusan mereka pasti dijalankan dengan tawakkal, ertinya berserah kepada Tuhan.

Nabi lalu masuk ke dalam rumah memakai pakaian besinya dan mengambil pedangnya. Baru Nabi keluar, ramai di antara sahabat yang telah mengusulkan untuk menyerang tadi, mencabut usul mereka kembali, kerana ternyata kepada mereka pendirian Nabi semulalah yang benar. Tetapi keputusan itu rupanya tidak dapat diubah lagi, kerana Nabi berkata: "Tidak, Kalau seorang Nabi telah memakai baju perangnya, dia tidak akan membukanya kembali sebelum perang selesai."

Tentera Islam hanya berjumlah seribu orang. Semuanya berjalan kaki, hanya dua orang saja berkuda. Ramai pula di antara mereka itu orang tua dan anak anak yang di bawah umur.

Sebelum matahari terbenam, mereka bertolak menuju ke bukit Uhud. Sesampainya di pinggir kota Madinah, tiba tiba enam ratus orang Yahudi, kawan kawan dari Abdullah bin Ubay, menyatakan hendak turut bertempur bersama sama dengan Nabi. Tapi Nabi sudah tahu akan maksud mereka yang tidak jujur, maka ditolaknya tawaran itu dengan berkata: "Cukup banyak pertolongan dari Tuhan."

Kerana penolakan ini, Abdullah bin Ubay malu, marah, lalu berusaha menakutkan kaum Muslimin, agar mereka jangan turut berperang; tiga ratus orang kaum Muslimin dapat dihasut, sehingga kembali pulang ke Madinah; mereka inilah yang dinamakan kaum Munafik. Maka tinggallah Nabi dengan tujuh ratus orang tentera saja menghadapi musuh yang jumlahnya empat kali ganda itu.

Tanpa diketahui musuh, sampailah kaum Muslimin di bukit Uhud di waktu dinihari. Segera Nabi mengatur siasat perang. Bukit itu digunakan sebagai pelindung dari belakang, sedang dari sebelah kiri, dilindungi oleh bukit Ainain. Lima puluh orang diserahkan Nabi menjaga celah bukit dari belakang dikepalai oleh Ibnuz-Zubair, dengan perintah bahawa mereka tidak boleh meninggalkan tempat itu, sekalipun apa juga yang akan terjadi.

Tiba tiba kedengaranlah sorak gemuruh musuh dari bawah lembah. Mereka sudah melihat akan tentera Islam. Segera mereka bergerak maju, menyerang dengan formasi berbentuk bulan sabit, dipimpin oleh Khalid Ibnul-Walid sayap kanannya dan Ikrimah bin Abu Jahal sayap kirinya.

Seorang musuh berunta maju sampai tiga kali menentang tentera Islam. Pada kali ketiga, maka melompatlah Zubair sebagai harimau ke punggung unta itu. Musuh tadi dibantingkannya ke tanah, lalu dibedah dadanya oleh Zubair dengan pisau. Abu Dujanah setelah meminjam pedang Nabi sendiri, lalu menyerbu ke tengah tengah musuh yang ramai itu. Pertempuran hebat segera berkobar dengan dahsyat.

Arta pemegang panji panji musuh, gugur oleh Hamzah. Sibak yang menggantikan Arta segera berhadapan dengan Zubair. Setelah Sibak tewas menyusul Jubair bin Mut'im menghadapi Hamzah, untuk membalas dendam kerana Hamzah telah dapat menewaskan pamannya di medan perang Badar. Jubair takut berhadapan dengan Hamzah. Hanya diperintahkan hambanya Wahsyi, bangsa Habsyi, dengan perjanjian apabila budak ini dapat menewaskan Hamzah dia akan dimerdekakan.

Dengan menyeludup di balik belukar dari belakang Hamzah, dengan memgunakan tombak, Hamzah dapat ditikamnya sehingga syahid di saat itu juga.

Hamzah adalah pemegang panji panji Islam di kala syahidnya itu. Panji panji itu segera diambil oleh Mus'ab bin 'Umair. la ini pun tewas di hadapan Nabi sendiri. Ali tampil menggantikannya. Sebagai kilat Ali dapat menetak leher musuhnya yang memegang panji panji itu. Pergolakan hebat berkisar di sekitar panji panji musuh yang sudah rebah ke tanah. Berpuluh puluh musuh tewas di sekitar panji panji itu, bersama dengan panji panjinya. Barisan musuh mulai kucar kacir.

Melihat musuh lari tunggang langgang, tentera yang lima puluh orang yang diserahi menjaga celah bukit itu, lupa kepada kewajibannya. Mereka turut mengejar musuh yang lari meninggalkan tempat pertahanan mereka, kerana mengharapkan harta rampasan yang banyak, kepunyaan musuh yang lari itu. Dengan suara yang keras sampai serak, Ibnuz-Zubair menyuruh mereka kembali, tapi tidak diacuhkannya samasekali.

Melihat tempat pertahanan yang stratejis itu telah kosong tentera musuh yang lari dengan dipimpin oleh Khalid Ibnul-Walid itu, segera mengarah ke tempat pertahanan yang kosong itu. Dengan melalui celah bukit itu mereka menyerang tentera Islam dari belakang. Ibnuz-Zubair yang tetap bertahan seorang diri di situ, tewas diinjak oleh kuda kenderaan Khalid sendiri. Panji panji Quraisy yang sudah rubuh itu berkibar kembali dipegang oleh seorang perempuan Makkah, 'Umarah binti 'Alkamah namanya.

Tentera Islam menjadi kacau bilau. Sebahagian telah lari pulang ke Madinah, Usman bin 'Affan sendiri terbawa juga. Para sahabat bergelimpangan ke bumi menemui ajalnya. Anak panah dan batu tidak putus putus menghujani tentera Islam yang berkumpul di sekitar Nabi; tiba tiba Nabi dilontar oleh batu, sehingga luka parah dan patah giginya. Baju besi yang kena batu, pecah dan pecahannya menembus ke pipi Nabi. Abu Usman mencabut besi itu dari daging Nabi sehingga giginya pun patah pula.

Nabi terjatuh ke sebuah lubang yang agak dalam sehingga hilang dari pandangan orang ramai. Pasukan Quraisy lalu berteriak mengatakan, bahawa Muhammad sudah tewas. Ali dan Talhah segera menolong dan mengeluarkan Nabi dari dalam lubang itu. Umar, Abu Bakar dan Ali pun serentak menyerbu ke tengah tengah musuh sebagai singa yang lapar layaknya. Maka tinggallah Nabi dilindungi oleh Abu Dujanah dan Abu Talhah saja. Badan Abu Dujanah penuh luka untuk menangkis segala serangan yang ditujukan kepada Nabi, sehingga kerana luka dan keletihan, dia pun meninggal. Seorang perempuan Ansar melihat Nabi tinggal seorang diri, lalu menyerbu ke muka menikam setiap musuh yang menuju ke arah Nabi, sehingga perempuan itu pun tewas pula. Perempuan itu Ummu 'Umarah namanya.

Dalam pada itu, suara musuh yang mengatakan Nabi sudah tewas itu, segera menjalar di medan pertempuran. Mendengar itu, Ali, Umar dan Abu Bakar bukan main terperanjatnya, sehingga semangat pertempurannya menjadi tergoda kerananya. Melihat itu Anas bin Nadhir berkata kepada mereka:

"Kenapa kamu kecewa? Kalau betul Nabi sudah wafat, apa gunanya hidup ini bagimu? Ayuh! Mari kita bunuh musuh seramai mungkin sampai kita syahid pula sebagai Nabi sendiri!"

Sebagai teladan, dia segera melompat menerkam musuh. Dia rebah penuh dengan luka-luka sehingga tidak dapat dikenal lagi rupanya. Badan, muka dan jari jarinya putus kena pedang musuh. Hanya saudara perempuannya saja yang dapat mengenal dia dalam keadaan yang demikian itu. Ali, Umar dan Abu Bakar menyusul berjuang mati matian menetak musuh dengan pedangnya. Semangat tentera Islam hidup kembali.

Tiba tiba terdengar Ka'ab bin Malik berteriak mengatakan Nabi masih hidup segar bugar, malah beliau pun sedang berjuang mati matian. Dari segala penjuru, tentera Islam menyerbu menyusur ke tempat Nabi berada. Nabi yang sedang terkepung dari segala penjuru, dapat mereka bela, sehingga terlepas dari bahaya besar. Mereka lalu merebut kembali celah bukit yang stratejis dikuasai musuh itu. Dengan direbutnya tempat itu, musuh dikepung ditengah tengah. Perlawanan musuh dapat dipatahkan dan akhirnya lari menyusup dilereng bukit Uhud, dimana terjadi pertempuran maju mundur beberapa hari lamanya. Kerana sudah keletihan dan banyak korban, mereka lalu pulang ke Makkah kembali.

Dalam pertempuran itu, ummat Islam menderita kerugian yang lebih besar, tujuh puluh orang tewas. Sedang di pihak musuh hanya dua puluh tiga orang saja yang tewas. Sungguh mahal harganya strateji yang ditetapkan Nabi kerana dengan melengahkan strateji itu dan harus membayar dengan tujuh puluh orang korban dan Nabi sendiri pun dapat luka dan hampir saja menjadi korban.

Kerugian besar itu menimbulkan keinsafan yang lebih dalam kepada tentera Islam, keinsafan bahawa perintah Nabi jangan sampai dilanggar dan diabaikan. Dengan keinsafan inilah mereka meneruskan perang mereka di hari hari yang berikutnya, sehingga mendapat kemenangan yang gilang gemilang.

Sehabis perang Uhud itu kekejaman musuh semakin bertambah juga. Jenazah jenazah tentera Islam yang bergelimpangan di medan perang, mereka koyak koyak dan hinakan. Dengan ramainya korban orang orang Islam dan sedikitnya korban di pihak mereka, mereka sama sama menyombongkan diri kerana mengira bahawa tentera Islam akan dapat dibinasakan semuanya. Yahudi Madinah mulai ingin bersahabat dengan bangsa Quraisy untuk menyerang orang Islam, melanggar janji yang sudah mereka tandatangani di hadapan Nabi sendiri. Kaum munafik (yang bergabung dengan orang Islam, kerana takut dan lain alasan, bukan kerana keinsafan), makin terang terang mengkhianati kaum Islam.

Guru guru Islam yang dikirim Nabi ke desa desa di pedalaman Arab tujuh puluh orang jumlahnya, hampir seluruhnya dibunuh oleh golongan Yahudi dan kaum munafik itu. Hal ini sangat menyedihkan Nabi.


Peristiwa Perang Badar

Peristiwa Perang Badar

Sejarah Perang Badar, menurut riwayat Abu Ishaq, Rasulullah keluar bersama 314 orang sahabatnya pada suatu malam di bulan Ramadhan dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta ditunggangi secara bergantian oleh duA atau tiga orang. Kaum muslimin tidak mengetahui keberangkatan bala bantuan Quraisy yang keluar dari Mekah dengan tujuan perang. Pada saat itu, Abu Sofyan berhasil lolos menyusuri mata air Badar dengan melewati jalanan panjang menuju Mekah.

Rasulullah SAW beserta para sahabat berjalan menuju Badar dan langsung mengambil posisi yang menguntungkan. Setelah orang-orang musyrik muncul dan kedua pihak saling melihat, beliau berdiri memohon pertolongan kepada Allah, diikuti sahabat lainnya dengan penuh ikhlas dan rendah diri di hadapanNya. Ketika dua pasukan semakin mendekat, Rasulullah berdiri di tengah kaum muslimin untuk menyampaikan nasihat dan mengingatkan kemenangan yang tak akan lama lagi diraih. Beliau juga mengabarkan, bahwa Allah menjanjikan masuk surga, bagi siapapun yang syahid di jalanNya.

Pada peperangan ini, diriwayatkan bahwa Rasulullah senantiasa terus memperbanyak doa, dengan penuh ketundukan dan khusyu’, sehingga Abu Bakar iba melihat beliau seraya berkata “Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di tanganNya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janjiNya kepadaMu.” Salah satu dari doa beliau, “Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya untuk mendustakan RasulMu. Ya Allah, tunaikanlah kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari…”

Pertempuran dimuali pada pagi hari tahun kedua hujriyah. Rasulullah mengambil seganggam krikil dan melemparakannya ke arah kaum musyrik seraya berkata, “Hancurlah wajah-wajah mereka!” sehingga menimpa mata semua pasukan Quraisy. Allah pun mendukung kaum mukmin dengan bala bantuan berupa Malaikat. Akhirnya, kemenangan besar diraih kaum muslimin. Ada 70 musyrikin yang terbunuh dan 70 orang yang tertawan, sedangkan ada 14 orang dari kaum mukminin yang mengapai syahid.

Selasa, 21 Februari 2012

Kamis, 16 Februari 2012

instalasi windows xp

Minggu, 12 Februari 2012

CARA MENGHILANGKAN RASA MINDER

Cara Menghilangkan Rasa Tidak Percaya Diri, Minder dan Pemalu :

1. Apa yang menyebabkan kamu merasa minder dan rendah diri?

Karena merasa banyak kekurangan? Karena merasa tidak mampu melakukan apa yang orang lain bisa lakukan? Kita tidak harus selalu memandang ke atas. Kita juga tidak perlu menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri dan itu sudah cukup menyenangkan. Mengenali potensi diri dan mengembangkannya adalah cara terbaik untuk meningkatkan rasa percaya diri. Jadi tidak perlu yang namanya malu atau minder.

2. Siapa saja orang yang buat kamu malu dan minder?

Orang-orang yang baru kamu kenal? Orang-orang yang menurut kamu punya derajat lebih tinggi dari kamu?
Oke, mulailah dengan mengubah cara berfikir kamu. Setiap manusia adalah sama. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bahkan untuk orang-orang yang kamu anggap sempurna. Mereka sama seperti kamu, seperti saya, maka tidak ada alasan untuk merasa minder.

3. Berhentilah memikirkan kekurangan-kekuranganmu

Terimalah diri kamu apa adanya. Jadikan kekurangan kamu sebagai kelebihan. Tukul Arwana, adalah contoh yang tepat dalam hal ini. Lihat, bagaimana dia memaksimalkan kekurangannnya menjadi kelebihan yang justru tidak dimiliki orang lain. Selalu menutupi kekurangan hanya akan membuat kamu semakin terpuruk dalam sikap minder dan rendah diri.

4. Memperluas pergaulan

Bergaullah dengan orang orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pelajari cara cara mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Cara mereka berkenalan dengan orang baru, cara mereka memperlakukan orang lain, cara menyikapi sebuah masalah, cara mengatasi situasi, dan lain lain. Banyak hal yang bisa kamu pelajari dan praktekkan sendiri.

5. Mulailah belajar bertanya kepada orang baru

Belajar bertanya? Yups, bagi orang yang bukan pemalu bertanya kepada orang baru bukan sebuah masalah besar. Tapi, keadaan berbeda dengan orang pemalu. Rata-rata dari mereka jarang sekali memulai pembicaraan atau sebuah pertanyaan. Hal ini hanya bisa dimengerti oleh orang yang sama-sama pendiam.

6. Perhatikan penampilan

Mulailah memperhatikan penampilan kamu terutama saat keluar dari rumah. Penampilan yang baik dan maksimal dapat membantu kamu meningkatkan rasa percaya diri. Kamu tidak akan merasa minder dan malu saat bertemu dengan orang lain karena kamu sudah tampil All out. Menampilkan yang terbaik.

7. Selalu bersikap tenang

Kesalahan utama orang orang pemalu adalah kurangnya self control (pengendalian diri). Terutama jika berada dalam situasi yang tertekan dan asing. Grogi, cemas, salah tingkah, berkeringat adalah beberapa indikasi seseorang sedang berada dalam tekanan. Sebenarnya hal itu bisa diatasi dengan beberapa tips ringan. Mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan akan membuat kita merasa sedikit lebih rileks dan tenang.

Singkirkan imajinasi negatif kamu mengenai apa yang sedang kamu hadapi. Hilangkan pemikiran bahwa orang-orang sedang memperhatikan kamu dan berfikir negatif tentang kamu. Faktanya, semua berjalan biasa-biasa saja tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Semua hal negatif kamu itu hanya ada dalam imajinasi kamu saja.

8. Coba sesuatu yang baru

Sering mencoba hal-hal baru akan lebih membuka wawasan serta pandangan kamu tentang hidup dan kehidupan. Yang pada akhirnya akan memberi kita sebuah pemahaman bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Semua manusia adalah sama. Kita punya kekurangan mereka juga. Mereka punya kelebihan kita pun memilikinya. Mereka bisa, maka kita juga bisa..!
"Keterbatasan hanyalah sebuah kesalahan dalam cara kita berfikir."